Rabu, 07 Mei 2014

Budidaya Padi Sawah

Selasa, 29 April 2014

DUKUNGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN)



KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Dukungan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Terhadap Peningkatan Produksi Beras Nasional ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah  memberikan sumbang saran dan masukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika pembahasannya. Penulis juga mengharapkan masukan atau kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan dengan adanya karya tulis ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan juga dapat menjadi referensi bagi yang membutuhkan.
 


........................., Januari 2014
Penulis











DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...................................................................................................   i
Kata Pengantar ...........................................................................................................   ii
Daftar Isi ....................................................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
                 A.      Latar Belakang ............................................................................................ 2
                 B.      Identifikasi masalah .................................................................................... 2
                 C.     Tujuan Makalah ........................................................................................... 2
                 D.     Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
                 A.      Swasembada Pangan ................................................................................... 3
                 B.      Teknologi PTT ............................................................................................. 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 4
                 A.      Tahapan PTT ............................................................................................... 4
                 B.      Komponen Teknologi .................................................................................. 4
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
















BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional.
Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan upaya yang terkoordinasi untuk membangun sistem pertanian tangguh dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah melalui pendekatan agribisnis, pendekatan pembangunan kawasan usahatani terpadu dan berkelanjutan dengan berbasis sumberdaya pertanian. Disamping itu kelembagaan di pedesaan juga dibina baik yang berfungsi sebagai penghantar (delivery) yaitu kelembagaan penyuluhan pertanian, perkreditan, pemasok sarana produksi serta pengolahan dan pemasaran hasil, maupun yang berfungsi sebagai penyerap/penerima (receiving) yaitu kelompok tani dan koperasi.
Diharapkan dari salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas hasil melalui penterapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, juga mampu mendorong terjadinya gerakan nasional para petani di pedesaan dalam mengelola usahatani padi. Dengan demikian akan terjadi peningkatan produktivitas dan produksi padi dalam mendukung terwujudnya target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Sehubungann dengan hal tersebut peran penyuluh pertanian menjadi sangat strategis yaitu selain sebagai pembimbing petani dan fasilitator antara petani dengan para pemangku kepentingan (stakeholders), juga sebagai organisator dan dinamisator para petani di lapangan.
B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu bagaimana penterapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu sebagai upaya dalam Peningkatan Produksi Beras Nasional?
C.       Tujuan Makalah
Untuk mengetahui teknologi pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu dalam mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional.
D.       Teknik Pengumpulan Data
Adapun  teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Study Kepustakaan. Dalam teknik ini menjadikan buku-buku  yang berhubungan dengan penelitian sebagai referensi dan melakukan browsing  di internet, sehingga ada korelasi antara judul karya tulis dengan teori serta pelaksanaan penelitian itu sendiri.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) adalah kegiatan peningkatan produksi beras disertai penyediaan input sarana dan prasarana peningkatan produksi beras melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian, teknologi dan kelembagaan.
Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional yang selanjutnya disebut Gerakan P2BN adalah optimalisasi upaya bersama yang terkoordinasi, sinergis, dan sinkron antar berbagai pemangku kepentingan dari tingkat nasional sampai tingkat desa dalam rangka peningkatan produksi beras nasional.
B.       Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
1.    Pengertian
Pada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil padi yang diperoleh dengan penerapan PTT berbeda menurut tingkat dan skala usaha tani. Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (1 - 2,5 ha) melalui model PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37%. Peningkatan tersebut kemudian berkurang menjadi sekitar 27% dan 16%, masing-masing di tingkat pengkajian dengan luasan sekitar 1-5 ha dan di tingkat implementasi dengan luasan 50-100 ha. Selain itu, dengan PTT hasil gabah dan kualitas beras juga meningkat, biaya usahatani padi berkurang, kesehatan dan kelestarian lingkungan terjaga.

2.    Prinsip
a)    Partisipatif
Petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan.
b)    Spesifik Lokasi
Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat.
c)    Terpadu
Sumber daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
d)    Sinergis atau Serasi
Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
e)    Dinamis
Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat.
3.    Pemahaman Masalah Dan Peluang (PMP)
Penerapan PTT padi sawah diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang (PMP) pengembangan sumber daya dan kondisi lingkungan setempat dengan tujuan:
·      Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan peluang usahatani padi.
·      Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi padi.
·      Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat.
Tahapan pelaksanaan mencakup dua kegiatan utama, yaitu:
a)    Penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokkan, dan dicarikan alternatif pemecahannya oleh semua peserta PMP.
b)    Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut.





BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Tahapan Penerapan PTT
Tahapan dalam menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu antara lain yaitu :
1.    Langkah pertama penerapan PTT adalah Pemandu Lapanganan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
2.    Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya.
3.    Langkah ketiga, penyusunan RDKK berdasarkan kesepakatan kelompok.
4.    Langkah keempat, penerapan PTT.
5.    Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.
B.       Komponen Teknologi
Dalam strategi penerapan PTT, anjuran teknologi didasarkan pada bobot sumbangan teknologi terhadap peningkatan produktivitas tanaman, baik terpisah maupun terintegrasi. Teknologi disuluhkan kepada petani secara bertahap.
Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan ke dalam teknologi dasar dan pilihan. Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Penerapan komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani setempat.
1.    Komponen Teknologi Dasar
a)    Varietas unggul baru
ü Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu. VUB dapat berupa padi inbrida seperti Ciherang dan Mekongga atau padi hibrida seperti Rokan, Hipa 3, Bernas Super, dan Intani.
ü Pemilihan varietas inbrida atau hibrida disesuaikan dengan kondisi setempat, dan dianjurkan yang tahan hama penyakit endemik seperti wereng coklat dan tungro, serta memenuhi permintaan pasar.
ü VUB yang sesuai dengan kondisi setempat diperoleh dari hasil uji varietas di lahan SL-PTT atau lahan BPP yang diamati bersama oleh penyuluh dan petani. Selain daya hasil tinggi dan ketahanan terhadap hama penyakit, aspek citarasa nasi, umur panen, bentuk gabah, rendemen, dan kebeningan beras juga sering menjadi faktor penentu dalam pemilihan varietas oleh petani.
ü Hindari penanaman varietas yang sama secara terus menerus di satu lokasi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit.
b)    Benih bermutu dan berlabel
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi. Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
ü Mutu benih padi inbrida dapat diuji dengan teknik pengapungan, dengan menggunakan larutan garam 2-3% atau larutan pupuk ZA 20-30 g/liter air. Benih yang tenggelam dipakai sedangkan yang terapung dibuang.
ü Mutu benih padi hibrida diuji dengan uji daya kecambah.
c)    Pemberian bahan organik
Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cair.
ü Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Oleh karena itu jerami perlu dikembalikan ke lahan sawah dengan cara dibenam atau diolah menjadi kompos atau dijadikan pakan ternak yang kotorannya diproses menjadi pupuk kandang.
ü Persyaratan teknis pupuk organik mengacu kepada Permentan No 02/2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri.
ü Takaran pupuk organik dan pupuk anorganik mengacu pada Permentan No. 40/2007 tentang pemupukan spesifik lokasi.
d)    Pengaturan populasi tanaman, antara lain melalui pengaturan jarak tanam dan jajar legowo
ü Sampai batas tertentu, semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai per satuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen.
ü Tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan populasi tanaman dan cukup efektif mengurangi serangan hama tikus, keong mas, dan keracunan besi. Jajar legowo adalah pengosongan satu baris tanaman setiap dua atau lebih baris dan merapatkan dalam barisan tanaman, sehingga dikenal legowo 2:1 apabila satu baris kosong diselingi oleh dua baris tanaman padi atau 4:1 bila diselingi empat baris tanaman.
ü Pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam mempercepat penutupan permukaan tanah sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit.
e)    Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
ü Pemberian pupuk berbeda antarlokasi, musim tanam, pola tanam, dan pengelolaan tanaman.
ü Penggunaan pupuk spesifik lokasi meningkatkan hasil dan menghemat pupuk.
ü Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi dengan BWD (bagan warna daun) sedangkan kebutuhan P dan K tanaman dengan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah).
ü Selain dengan cara di atas, kebutuhan tanaman akan pupuk juga dapat diketahui melalui:
·      uji petak omisi atau minus satu unsur. Pengujian langsung di lahan sawah petani dengan petak perlakuan NPK (lengkap), NP(minus K), NK (minus P), dan PK (minus N). Di lokasi tertentu, perlakuan serupa dapat dilakukan untuk menentukan apakah tanaman memerlukan hara lain seperti S, Mg, dan Zn;
·      modul PuPS (Pemupukan Padi Sawah) spesifik lokasi;
·      peta status hara P dan K skala 1:50.000 untuk pemupukan P dan K;
·      Permentan No 40/2007 tentang pemupukan spesifik lokasi.
f)      Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
ü Identifikasi jenis dan populasi hama oleh petani dan atau pengamat OPT di lapangan.
ü Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang tindakan. Ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian.
ü Taktik dan teknik pengendalian:
      usahakan tanaman selalu sehat;
      gunakan varietas tahan;
      terapkan pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, dan atau pestisida kimia sesuai anjuran.
ü Hama utama: tikus sawah, wereng coklat, penggerek batang padi, dan keong mas.
ü Penyakit utama: tungro dan hawar daun bakteri.
2.    Komponen Teknologi Pilihan
a)    Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
ü Pengolahan tanah hingga berlumpur dan rata dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik dan seragam bagi tanaman padi serta mengendalikan gulma.
Pada kondisi tertentu seperti mengejar waktu tanam dan kekurangan tenaga kerja, pengolahan tanah minimal atau bahkan tanpa olah tanah dapat pula diterapkan.
ü Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal dengan kedalaman olah > 20 cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah, bersamaan dengan pengolahan tanah pertama.
Pembajakan biasanya dilakukan dua kali lalu diikuti penggaruan/pengglebekan untuk perataan lahan dan pelumpuran.
b)    Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
ü Keuntungan tanam pindah menggunakan bibit muda (< 21 hari) adalah tanaman tidak stres akibat pencabutan bibit di persemaian, pengangkutan, dan penanaman kembali di sawah, dibandingkan dengan bibit yang lebih tua.
ü Untuk mendapatkan bibit yang baik usahakan bibit berasal dari benih bermutu dan sebelum disemai direndam selama 24 jam lalu ditiriskan selama 48 jam. Tambahkan bahan organik seperti kompos, pupuk kandang, dan abu pada persemaian untuk memudahkan pecabutan bibit. Lindungi bibit padi di persemaian dari serangan hama. Bila perlu, pasang pagar plastik dan bubu perangkap untuk mengendalikan tikus.
ü Di daerah endemi keong emas, gunakan bibit yang berumur lebih tua.
c)    Tanam bibit 1-3 batang per rumpun
ü Bibit ditanam 1-3 batang per rumpun, lebih dari itu akan meningkatkan persaingan antarbibit dalam rumpun yang sama.
ü Rumpun yang hilang karena tanaman mati atau rusak diserang hama segera disulam, paling lambat 14 hari setelah tanam.
ü Di daerah endemi keong emas, tanam bibit 2-3 batang per rumpun.
d)    Pengairan secara efektif dan efisien
ü Pengairan dengan teknik berselang, gilir giring, gilir glontor, dan basah-kering menghemat pemakaian air hingga 30%.
ü Teknik pengairan berselang: air di areal pertanaman diatur pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu.
ü Teknik gilir giring, air didistribusikan 4-5 hari sekali kalau debit air sungai sekitar 40%.
ü Teknik gilir glontor, air didistribusikan 2-3 hari sekali kalau debit sungai 40-60%.
ü Teknik basah-kering menggunakan paralon berlubang untuk menentukan kapan sawah perlu diairi. Pada saat tanaman dalam fase berbunga, ketinggian air di areal pertanaman dipertahankan sekitar 3-5 cm.



e)    Penyiangan dengan landak atau gasrok
ü Penyiangan awal gulma menjelang 21 hari setelah tanam, penyiangan selanjutnya berdasarkan kepadatan gulma.
Manfaat:
• ramah lingkungan;
• hemat tenaga kerja;
• meningkatkan jumlah udara di dalam tanah;
• merangsang pertumbuhan akar.
f)      Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
ü Tanaman dipanen jika sebagian besar gabah (90-95%) telah bernas dan berwarna kuning.
ü Panen terlalu awal, banyak gabah hampa, gabah hijau, dan butir kapur.
ü Terlambat panen, terjadi kehilangan hasil karena gabah rontok di lapang dan jumlah gabah patah pada proses penggilingan meningkat.
ü Perontokan gabah 1-2 hari setelah panen, menggunakan alat perontok.
ü Gabah segera dijemur untuk mendapatkan beras dengan mutu yang lebih baik dan harga yang tinggi.














BAB IV
PENUTUP

Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional ini merupakan upaya peningkatan produksi beras nasional yang dicanangkan pada tahun 2007, mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
Beberapa faktor yang menjadi kunci dalam upaya mencapai keberhasilan gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional adalah : a) Optimalisasi potensi sumberdaya pertanian; b) Penerapan teknologi maju dan spesifik lokasi; c) Dukungan sarana Produksi dan Permodalan; d) Jaminan harga gabah yang memberikan insentif produksi; e) Dukungan penyuluhan pertanian dan pendampingan; dan f) Peran aktif dari kepemimpinan formal dan non formal.
Pendekatan PTT merupakan salah satu upaya dalam rangka mendukung Gerakan P2BN yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak sehingga pencapaian P2BN setara dengan 10 juta ton beras pada tahun 2014 dapat terwujud.

















DAFTAR PUSTAKA

-        Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP), 2011. Pedoman umum PTT Padi Sawah. Departemen Pertanian. Bogor.
-        Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2012. Buku Lapang Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Jawa Tengah.
-        Balai Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPPTP), 2004. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Jakarta.
-        Bank Pengetahuan Padi Indonesia (BPPI), 2008. Peningkatan Produksi Padi melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jakarta.
-        Siwi Purwanto, 2007. Implementasi Kebijakan Untuk Pencapaian P2BN. Ditjen Tanaman Pangan. Deptan.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons