BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur
tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tingi.
Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia
yaitu jamur tiram putih (P.ostreatus), jamur tiram merah muda P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan jamur tiram abalone (P.cystidiosus). Pada dasarnya semua jenis jamur ini
memiliki karateristik yang hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi
secara kasar, warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan
dengan yang lain terutama dalam keadaan segar.
Salah
satu produk sampingan kegiatan kehutanan adalah serbuk kayu gergajian. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan, serbuk kayu gergajian dapat mempunyai nilai
tambah untuk pengembangan komoditas pertanian karena sangat cocok sebagai media
budi daya jamur, terutama jenis jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram
sudah populer di masyarakat sebagai bahan makanan yang lezat dan bergizi karena
mengandung protein, lemak, besi, fosfor, thiamin, riboflavin, niacin, kalsium,
kalium, fosfor, natlium serta besi yang relatif tinggi.
Permintaan
pasar akan jenis jamur ini terus meningkat, namun teknik budidayanya belum
banyak diketahui masyarakat. Hingga saat ini di Kecamatan Cigasong, khususnya
di Desa Tenjolayar masih sedikit kegiatan yang memanfaatkan serbuk kayu
gergajian dan sekam padi sebagai media tumbuh pada budidaya jamur tiram,
sehingga sangat perlu memperkenalkan teknik budidaya sederhana yang memanfaatkan
sumberdaya lokal yang belum terberdayakan dalam rangka mengoptimalkan
sumberdaya, meningkatkan nilai tambah, limbah, sebagai diversifikasi usaha yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan
situasi di atas, maka adopsi teknologi sederhana pemanfaatan serbuk kayu
gergajian dalam upaya memperkenalkan budidaya jamur tiram di Desa Tenjolayar Kecamatan
Cigasong sangat perlu dilakukan. Hasil kegiatan
ini diharapkan dapat menjadi diversifikasi usaha bagi masyarakat Desa Tenjolayar
Kecamatan Cigasong dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong pada Khususnya.
B.
Tujuan
Kegiatan
ini bertujuan untuk :
1.
Membelikan bimbingan teknis
teknologi sederhana dan penyuluhan tentang pemanfaatan serbuk kayu gergajian
dalam upaya budidaya jamur tiram di Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong;
2.
Menginformasikan teknologi
pembudidayaan jamur tiram sebagai bentuk diversifikasi usaha; dan
3.
Memberdayakan masyarakat di Desa
Tenjolayar Kecamatan Cigasong untuk mengembangkan budidaya jamur tiram dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal berupa serbuk kayu gergajian.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari
kegiatan demplot ini adalah :
1.
Bimbingan teknis dan penyuluhan yang
dilakukan akan memberikan pengetahuan praktis tentang pemanfaatan sumberdaya
lokal berupa serbuk kayu gergajian sebagai media tumbuh dalam upaya budidaya
jamur tiram;
2.
Kegiatan ini akan meningkatkan nilai
tambah serbuk kayu gergajian dari hanya sebagai limbah hingga menjadi bahan
utama untuk komoditas pertanian;
3.
Adanya kesadaran masyarakat untuk
lebih kreatif mengembangkan diversifikasi usaha dalam rangka memperbaiki
perekonomian dan taraf hidup; dan
4.
Sebagai metode kegiatan penyuluhan
5.
Pendapatan masyarakat akan meningkat
dari hasil pemasaran jamur tiram yang dibudidayakan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Syarat lingkungan yang dibutuhkan
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram antara lain ;
1.
Air
v Kandungan air dalam substrak berkisar
60-65%
v Apabila kondisi kering maka pertumbuhan
akan terganggu atau berhenti begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu
tinggi maka miselium akan membusuk dan mati
v Penyemprotan air dalam ruangan dapat
dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
2.
Suhu
v Suhu inkubasi atau saat jamur tiram
membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%
v Suhu pada pembentukan tubuh buah
berkisar antara 16 – 22 ºC
3.
Kelembaban
v Kelembaban udara selama masa
pertumbuhan miselium dipertahankan antara 60-70%
v Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh
buah dipertahankan antara 80-90%.
4.
Cahaya
v Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap
cahaya matahari secara langsung
v Cahaya yidak langsung (cahaya pantul
biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah.
v Pada pertumbuhan miselium tidak
diperlukan cahaya
v Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan Namur sekitar 200 lux (10%)
5. Aerasi
Dua
komponen penting dala udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu oksigen (O2) dan karbondioksida
(CO2). Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksida
menjadi karbondioksida.
Konsentrasi karbondioksida (CO2) yang
terelalu banyak dalam kumbung menyebabkan
pertumbuhan jamur tidak normal. Di dalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari
0,02%.
6. Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat
keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi
penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan menganggu pertumbuhan
jamur tiram itu sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.
BAB
III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Demplot
dilaksanakan pada Bulan September. Lokasi demplot di Blok Kubangsari Desa Tenjolayar.
B. Pelaksana
Kegiatan
Pelaksana kegiatan demplot jamur tiram adalah
kelompok Kubang, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :
Ketua : Karta
Sekretaris : Wawan Mulianto
Bendahara : Suharma
Seksi Usaha : Duyeh
Seksi Pemeliharaan : Wawan
Seksi Perlengkapan : Adria
Seksi Pemasaran : Casmita
C. Pelaksanaan
Kegiatan
1. Persiapan
Kegiatan persiapan yang dilaksanakan
meliputi: penyusunan proposal, mobilisasi sumberdaya, survei pasar, survei
peralatan teknis, survei sentra budidaya jamur, survey tempat kumbung jamur,
perencanaan, serta sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh pendamping
kegiatan dari instansi terkait yaitu Penyuluh Kehutanan. Kegiatan-kegiatan
tersebut dilaksanakan sebagai persiapan sebelum melakukan proses produksi dan
budidaya yang sebenarnya.
2. Tahapan Kegiatan Demplot Budidaya Jamur
a)
Pembangunan
Rumah Jamur ( Kubung )
· Luas kubung jamur tergantung pada lokasi yang tersedia
dan untuk kegiatan demplot di kelompok kubang Desa Tenjolayar berukuran 6 m x 4 m dengan Tinggi dinding 3 m serta tinggi puncak
bangunan dengan lantai dasar 4 m.
· Dinding berasal dari anyaman bambu atap dari asbes
yang dilapisi atasnya dengan anyaman daun kelapa.
· Lantai berpasir agar waktu penyiraman menjaga kelembaban.
b) Pengadaan Peralatan
· Alat
Sterilisasi, bisa berupa drum, autoclave maupun boiler (steril bak) lengkap
dengan kompor.
· Alat
Pengadukan, ayakan, cangkul, sekop, ember, selang.
· Alat
inokulasi, lampu bunsen, masker, spatula/pinset, alkohol/spritus, hand Sprayer
· Alat
angkot, keranjang
·
Alat penyiraman
·
Alat Panen
c) Teknis budidaya
1) Pembuatan
Media Tanam
· Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk
kayu gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu
gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang
memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik (bag log) dan
mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata.
·
Pencampuran
Pencampuran
serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips sesuai takaran untuk
mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber
hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkemangan jamur tiram sampai
siap dipanen. Media untuk pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai
kondisi tempat tumbuhn jamur tiram di alam. Prosedur pelaksanaanya anatar lain
;
-
Serbuk gergaji 100 kg sebagai media
tanam
-
Dedak 15 kg sebagai sumber makanan
tambahan bagi pertumbuhan jamur
-
Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk
mendapatkan pH 6-7 media tanam sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
-
Serbuk gergaji yg sudah diayak
dicampur dengan bekatul, kapur dan gips.
Campuran
bahan diaduk merata dan ditambahkan air bersih hingga mencapai kadar air
60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes air dan bila
dibuka gumpalan serbuk kayu tidak serta merta pecah. Bahan yang telah dicampur
bisa dikomposkan 1 hari, 3 hari, 7 hari atau langsung dikantongi.
·
Pemeraman
Kegiatan
menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya secara rapat dengan
menggunakan plastik selama 1 malam. Tujuannya menguraikan senyawa-senyawa
kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawasenyawa kompleks dengan
bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga
lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih
baik.
·
Pengisian Media ke bag log
Kegiatan
memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile (PP) dengan kepadatan
tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal dan menghasilkan panen yang
optimal. Tujuannya menyediakan media tanam bagi bibit jamur.
Prosedur pelaksanaan pengisian media kekantong plastik (bag
log) antara lain ;
-
Campuran
serbuk gergaji yang sudah dikompos dimasukan kedalam kantong plastik ukuran
18x30, 20x30, 23 x 35 tergantung selera.
-
Padatkan
campuran dengan menggunakan botol atau alat lain
-
Ujung
plastik disatukan dan dipasang cincin dari potongan paralon/bambu pada bagian leher
plastik sehingga bungkusan akan menyerupai botol
2) Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang
dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang
dapat menganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk
kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 70° C selama 5 – 8 jam, sedangkan sterilisasi
autoclave membutuhkan waktu selama 4 jam, pada suhu 95°C, dengan tekanan 1 atm.
3) Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya penurunan suhu
media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam bag
log tidak mati. Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur
yang diinginkan adalah 30 - 35°C. Prosedur pelaksanaannya antara lain :
§ Keluarkan bag log dari drum yang sudah
disterilisasikan
§ Diamkan dialam ruangan sebelum
dilakukan inokulasi (pemberian bibit)
§ Pendinginan dilakukan hingga temperatur
mencapai 30 -35°C
4) Inokulasi
Bibit (Penanaman Bibit)
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia
jamur dari biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya
adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur
yang siap panen. Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain ;
·
Petugas
yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan dengan alkohol, dan
menggunakan pakaian bersih.
·
Sterilkan
saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
·
Buka
sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media tanam dengan menggunakan
kayu yang steril yang diruncingkan.
·
Ambil
sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan letakkan ke dalam
bag log setelah itu sedikit ditekan.
·
Selanjutnya
media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas kembali.
·
Media
bag log yang telah diinokulasi dibuat hingga 22 - 28º C untk mempercepat
5) Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang
telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh.
Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
-
Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur
antara 28–30 ºC utk mempercepat pertumbuhan miselium
-
Media baglog yg telah dinokulasi
dipindahkan dalam ruang inkubasi
-
Inkubasi dilakukan hingga seluruh
permukaan media tumbuh dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
-
Tutup kubung serapat mungkin sehingga
cahaya matahari minimal, kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.
6) Pemindahan Ketempat Budidaya
· Baglog
yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung budidaya
·
Baglog yang miseliumnya sudah putih dan
ada penebalan dibuka cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.
7) Perawatan
·
Baglog yang telah dibuka cincin
dirawat dengan melakukan penyiraman secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan
pinhead jamur
·
Hal yang terpenting harus
diperhatikan dalam kumbung adalah menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan
jamur
·
Apabila kelembaban kurang, pinhead
mati dan jika terlkalu lembab jamur menjadi basah
8) Pemanenan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanenan adalah:
· Panen dilakukan dengan mencabut
·
Tanpa
menyisakan bagian jamur
·
Bersih
dan tidak berceceran
·
Jamur dipanen setelah 3 hari muncul
pinhead, ukuran jamur cukup dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan
mempengaruhi harga dipasar
·
Baglog yang telah dipanen dibersihkan
dari sisa-sisa jamur yang masih menempel pada baglog supaya tidak mengundang
hama dan penyakit
·
Jamur yang telah dipanen dibersihkan
kemudian diwadahi dalam kantong plastic ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap
dipasarkan.
9)
Penyiraman
· Penyiraman dilakukan ke seluruh ruangan kubung dan lantai
kubung. Penyiraman rlenaan model hilian
· Penyiraman dilakuan 2 kali sehari tergantung kondisi
ruang kubung. bila musim kemarau dan pada musim hujan cukup 1 kali penyiraman.
· Pengkabutan dilakukan pada waktu pertumbuhan tunas
dan tubuh buah, agar suhu sekitar bag log menjadi lebih rendah.
10)
Pengaturan Sirkulasi
· Ketika tidak ada angin, sirkulasi udara dalam
kubung terhambat dan waktu musim kemarau jendela supaya dibuka.
11)
Pengendalian Hama
· Hama utama adalah semut, hama jenis molusca (klelet),
laba-laba dan katak.
· Untuk pengendalian semut dan laba-laba, sarang-sarang
dibongkar dan disiram dengan minyak tanah.
· Untuk jenis molusca banyak dijumpai di bagian mulut
bag log, pengendalian secara mekanis.
BAB IV
EVALUASI DAN MONITORING
Evaluasi dan
monitoring dilaksanakan bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
prosedur yang telah disusun. Disamping itu kegiatan monitoring dan evaluasi ini
memiliki kegunaan sebagai sarana penilaian untuk perbaikan kegiatan dimasa yang
akan datang.
Adapun tahapan
kegiatan demplot yang telah dilaksanakan di Kelompok Kubang antara lain sebagai
berikut:
No.
|
Uraian Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
Jan
|
||
1.
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pembangunan
Kubung
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pembuatan
media tanam
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Sterilisasi
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pendinginan
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Inokulasi
Bibit
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Inkubasi
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Pemindahan
ke tempat budidaya
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Perawatan
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Pemanenan
|
|
|
|
|
|
|
11.
|
Monitoring
dan Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
BAB V
PENUTUP
Melalui pendekatan demplot
diharapkan menjadi salah satu solusi dalam upaya peningkatan produksi dan
produktivitas jamur tiram serta dapat memberikan lebih banyak manfaat dan nilai
tambah komersial terhadap produksi yang dihasilkan dengan memanfaatkan limbah
hasil hutan sebagai sumber daya lokal yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dalam
upaya pengembangan usaha, dibutuhkan keseriusan dan kerja yang lebih
profesional agar dapat lebih meningkatkan skala usaha yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan bagi pembudidaya jamur, untuk itu masih diperlukan
pembinaan terhadap kelompok pembudidaya jamur secara berkala dan
berkesinambungan.
0 komentar:
Posting Komentar