Sabtu, 19 April 2014

Laporan Pelaksanaan Demplot Jamur Tiram

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai tingi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P.ostreatus), jamur tiram merah muda P.flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan jamur tiram abalone (P.cystidiosus). Pada dasarnya semua jenis jamur ini memiliki karateristik yang hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar, warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan dengan yang lain terutama dalam keadaan segar.
Salah satu produk sampingan kegiatan kehutanan adalah serbuk kayu gergajian. Beberapa hasil penelitian menunjukkan, serbuk kayu gergajian dapat mempunyai nilai tambah untuk pengembangan komoditas pertanian karena sangat cocok sebagai media budi daya jamur, terutama jenis jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Jamur tiram sudah populer di masyarakat sebagai bahan makanan yang lezat dan bergizi karena mengandung protein, lemak, besi, fosfor, thiamin, riboflavin, niacin, kalsium, kalium, fosfor, natlium serta besi yang relatif tinggi.
Permintaan pasar akan jenis jamur ini terus meningkat, namun teknik budidayanya belum banyak diketahui masyarakat. Hingga saat ini di Kecamatan Cigasong, khususnya di Desa Tenjolayar masih sedikit kegiatan yang memanfaatkan serbuk kayu gergajian dan sekam padi sebagai media tumbuh pada budidaya jamur tiram, sehingga sangat perlu memperkenalkan teknik budidaya sederhana yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang belum terberdayakan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya, meningkatkan nilai tambah, limbah, sebagai diversifikasi usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan situasi di atas, maka adopsi teknologi sederhana pemanfaatan serbuk kayu gergajian dalam upaya memperkenalkan budidaya jamur tiram di Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong sangat perlu dilakukan. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi diversifikasi usaha bagi masyarakat Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong pada Khususnya.

B.     Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk :
1.        Membelikan bimbingan teknis teknologi sederhana dan penyuluhan tentang pemanfaatan serbuk kayu gergajian dalam upaya budidaya jamur tiram di Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong;
2.        Menginformasikan teknologi pembudidayaan jamur tiram sebagai bentuk diversifikasi usaha; dan
3.        Memberdayakan masyarakat di Desa Tenjolayar Kecamatan Cigasong untuk mengembangkan budidaya jamur tiram dengan memanfaatkan sumberdaya lokal berupa serbuk kayu gergajian.



C.    Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan demplot ini adalah :
1.   Bimbingan teknis dan penyuluhan yang dilakukan akan memberikan pengetahuan praktis tentang pemanfaatan sumberdaya lokal berupa serbuk kayu gergajian sebagai media tumbuh dalam upaya budidaya jamur tiram;
2.   Kegiatan ini akan meningkatkan nilai tambah serbuk kayu gergajian dari hanya sebagai limbah hingga menjadi bahan utama untuk komoditas pertanian;
3.   Adanya kesadaran masyarakat untuk lebih kreatif mengembangkan diversifikasi usaha dalam rangka memperbaiki perekonomian dan taraf hidup; dan
4.   Sebagai metode kegiatan penyuluhan
5.   Pendapatan masyarakat akan meningkat dari hasil pemasaran jamur tiram yang dibudidayakan.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Syarat lingkungan yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram antara lain ;
1.     Air
v  Kandungan air dalam substrak berkisar 60-65%
v  Apabila kondisi kering maka pertumbuhan akan terganggu atau berhenti begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati
v  Penyemprotan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
2.     Suhu
v  Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%
v  Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16 – 22 ºC
3.     Kelembaban
v  Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium dipertahankan antara 60-70%
v  Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh buah dipertahankan antara 80-90%.
4.     Cahaya
v  Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung
v  Cahaya yidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah.
v  Pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya
v  Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Namur sekitar 200 lux (10%)
5.     Aerasi
Dua komponen penting dala udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksida menjadi karbondioksida.
Konsentrasi karbondioksida (CO2) yang terelalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Di dalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
6.     Tingkat Keasaman (pH)
Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.











BAB III
METODOLOGI

A.    Waktu dan Tempat
Demplot dilaksanakan pada Bulan September. Lokasi demplot di Blok Kubangsari Desa Tenjolayar.
B.     Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan demplot jamur tiram adalah kelompok Kubang, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut :
Ketua                             :  Karta
Sekretaris                       :  Wawan Mulianto
Bendahara                  :  Suharma
Seksi Usaha                   :  Duyeh
Seksi Pemeliharaan   :  Wawan
Seksi Perlengkapan   :  Adria
Seksi Pemasaran        :  Casmita
C.    Pelaksanaan Kegiatan
1.  Persiapan
Kegiatan persiapan yang dilaksanakan meliputi: penyusunan proposal, mobilisasi sumberdaya, survei pasar, survei peralatan teknis, survei sentra budidaya jamur, survey tempat kumbung jamur, perencanaan, serta sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh pendamping kegiatan dari instansi terkait yaitu Penyuluh Kehutanan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai persiapan sebelum melakukan proses produksi dan budidaya yang sebenarnya.


2.  Tahapan Kegiatan Demplot Budidaya Jamur
a)    Pembangunan Rumah Jamur ( Kubung )
·      Luas kubung jamur tergantung pada lokasi yang tersedia dan untuk kegiatan demplot di kelompok kubang Desa Tenjolayar berukuran 6 m x 4 m dengan Tinggi dinding 3 m serta tinggi puncak bangunan dengan lantai dasar 4 m.
·      Dinding berasal dari anyaman bambu atap dari asbes yang dilapisi atasnya dengan anyaman daun kelapa.
·      Lantai berpasir agar waktu penyiraman menjaga kelembaban.
b)    Pengadaan Peralatan
·      Alat Sterilisasi, bisa berupa drum, autoclave maupun boiler (steril bak) lengkap dengan kompor.
·      Alat Pengadukan, ayakan, cangkul, sekop, ember, selang.
·      Alat inokulasi, lampu bunsen, masker, spatula/pinset, alkohol/spritus, hand Sprayer
·      Alat angkot, keranjang
·      Alat penyiraman
·      Alat Panen
c)     Teknis budidaya
1)  Pembuatan Media Tanam
·      Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk kayu gergaji yang bersar dan kecil/halus sehingga didapatkan serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu tanpa merusak kantong plastik (bag log) dan mendapatkan tingkat pertumbuhan miselia yang merata.
·      Pencampuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan gips sesuai takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkemangan jamur tiram sampai siap dipanen. Media untuk pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur tiram di alam. Prosedur pelaksanaanya anatar lain ;
-       Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam
-       Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi pertumbuhan jamur
-       Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk mendapatkan pH 6-7 media tanam sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
-       Serbuk gergaji yg sudah diayak dicampur dengan bekatul, kapur dan gips.
Campuran bahan diaduk merata dan ditambahkan air bersih hingga mencapai kadar air 60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak serta merta pecah. Bahan yang telah dicampur bisa dikomposkan 1 hari, 3 hari, 7 hari atau langsung dikantongi.

·      Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam. Tujuannya menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawasenyawa kompleks dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.
·      Pengisian Media ke bag log
Kegiatan memasukan campuran media ke dalam plastik polipropile (PP) dengan kepadatan tertentu agar miselia jamur dapat tumbuh maksimal dan menghasilkan panen yang optimal. Tujuannya menyediakan media tanam bagi bibit jamur.
Prosedur pelaksanaan pengisian media kekantong plastik (bag log) antara lain ;
-       Campuran serbuk gergaji yang sudah dikompos dimasukan kedalam kantong plastik ukuran 18x30, 20x30, 23 x 35 tergantung selera.
-       Padatkan campuran dengan menggunakan botol atau alat lain
-       Ujung plastik disatukan dan dipasang cincin dari potongan paralon/bambu pada bagian leher plastik sehingga bungkusan akan menyerupai botol


2)  Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki. Sterilisasi dilakukan pada suhu 70° C selama 5 – 8 jam, sedangkan sterilisasi autoclave membutuhkan waktu selama 4 jam, pada suhu 95°C, dengan tekanan 1 atm.
3)  Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya penurunan suhu media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam bag log tidak mati. Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam sebelum dinokulasi. Temperatur yang diinginkan adalah 30 - 35°C. Prosedur pelaksanaannya antara lain :
§  Keluarkan bag log dari drum yang sudah disterilisasikan
§  Diamkan dialam ruangan sebelum dilakukan inokulasi (pemberian bibit)
§  Pendinginan dilakukan hingga temperatur mencapai 30 -35°C
4)  Inokulasi Bibit (Penanaman Bibit)
Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur yang siap panen. Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit antara lain ;
·      Petugas yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih.
·      Sterilkan saptula menggunakan alkohol 70% dan dibakar.
·      Buka sumbatan kapas bag log, buat sedikit lubang pada media tanam dengan menggunakan kayu yang steril yang diruncingkan.
·      Ambil sedikit bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan letakkan ke dalam bag log setelah itu sedikit ditekan.
·      Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas kembali.
·      Media bag log yang telah diinokulasi dibuat hingga 22 - 28º C untk mempercepat
5)  Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia.
-       Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–30 ºC utk mempercepat pertumbuhan miselium
-       Media baglog yg telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang inkubasi
-       Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
-       Tutup kubung serapat mungkin sehingga cahaya matahari minimal, kendalikan suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.
6)  Pemindahan Ketempat Budidaya
·       Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung budidaya
·       Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.
7)  Perawatan
·      Baglog yang telah dibuka cincin dirawat dengan melakukan penyiraman secara kabut untuk mempercepat pertumbuhan pinhead jamur
·      Hal yang terpenting harus diperhatikan dalam kumbung adalah menjaga suhu dan kelembaban yang dibutuhkan jamur
·      Apabila kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlkalu lembab jamur menjadi basah
8)  Pemanenan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
·      Panen dilakukan dengan mencabut
·      Tanpa menyisakan bagian jamur
·      Bersih dan tidak berceceran
·      Jamur dipanen setelah 3 hari muncul pinhead, ukuran jamur cukup dan jamur tidak terlalu basah, hal ini akan mempengaruhi harga dipasar
·      Baglog yang telah dipanen dibersihkan dari sisa-sisa jamur yang masih menempel pada baglog supaya tidak mengundang hama dan penyakit
·      Jamur yang telah dipanen dibersihkan kemudian diwadahi dalam kantong plastic ukuran 3 kg, 5 kg, 10 kg dan siap dipasarkan.
9)  Penyiraman
·      Penyiraman dilakukan ke seluruh ruangan kubung dan lantai kubung. Penyiraman rlenaan model hilian
·      Penyiraman dilakuan 2 kali sehari tergantung kondisi ruang kubung. bila musim kemarau dan pada musim hujan cukup 1 kali penyiraman.
·      Pengkabutan dilakukan pada waktu pertumbuhan tunas dan tubuh buah, agar suhu sekitar bag log menjadi lebih rendah.
10)  Pengaturan Sirkulasi
·      Ketika tidak ada angin, sirkulasi udara dalam kubung terhambat dan waktu musim kemarau jendela supaya dibuka.
11)  Pengendalian Hama
·      Hama utama adalah semut, hama jenis molusca (klelet), laba-laba dan katak.
·      Untuk pengendalian semut dan laba-laba, sarang-sarang dibongkar dan disiram dengan minyak tanah.
·      Untuk jenis molusca banyak dijumpai di bagian mulut bag log, pengendalian secara mekanis.



BAB IV
EVALUASI DAN MONITORING

Evaluasi dan monitoring dilaksanakan bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur yang telah disusun. Disamping itu kegiatan monitoring dan evaluasi ini memiliki kegunaan sebagai sarana penilaian untuk perbaikan kegiatan dimasa yang akan datang.
Adapun tahapan kegiatan demplot yang telah dilaksanakan di Kelompok Kubang antara lain sebagai berikut:
No.
Uraian Kegiatan
Bulan
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Jan
1.
Persiapan






2.
Pembangunan Kubung






3.
Pembuatan media tanam






4.
Sterilisasi






5.
Pendinginan






6.
Inokulasi Bibit






7.
Inkubasi






8.
Pemindahan ke tempat budidaya






9.
Perawatan






10.
Pemanenan






11.
Monitoring dan Evaluasi


















BAB V
PENUTUP

Melalui pendekatan demplot diharapkan menjadi salah satu solusi dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas jamur tiram serta dapat memberikan lebih banyak manfaat dan nilai tambah komersial terhadap produksi yang dihasilkan dengan memanfaatkan limbah hasil hutan sebagai sumber daya lokal yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dalam upaya pengembangan usaha, dibutuhkan keseriusan dan kerja yang lebih profesional agar dapat lebih meningkatkan skala usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan bagi pembudidaya jamur, untuk itu masih diperlukan pembinaan terhadap kelompok pembudidaya jamur secara berkala dan berkesinambungan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons